Menteri Luar Negeri Iran, dalam wawancara dengan Der Spiegel mengatakan, 7 Oktober tidak terjadi tanpa sebab. Rakyat Palestina, tidak boleh dihukum karena apa yang sudah dilakukan orang-orang Jerman terhadap Yahudi.

10 November 2024 - 19:08
Wawancara Menlu Iran dengan Spiegel: Palestina Tak Bisa Dihukum karena Perilaku Jerman ke Yahudi

Sayid Abbas Araghchi, dalam wawancara dengan surat kabar Jerman, Der Spiegel, Jumat (8/11/2024) menjelaskan sejumlah masalah termasuk eksekusi mati teroris berkerwarganegaraan Jerman-Iran, Jamshid Sharmahd, standar ganda Barat, kebisuan Jerman atas pembunuhan 50.000 warga Palestina, tidak adanya penjualan rudal Iran, ke Rusia, dan tidak adanya keterlibatan Iran, dalam penggabungan Donetsk ke Rusia.

Terkait kasus Jamshid Sharmahd, Menlu Iran menuturkan, "Jamshid Sharmadh, adalah pemimpin kelompok teroris. Ini realitas yang diabaikan oleh sahabat-sahabat kami di Jerman, dan mereka tidak berminat untuk menyinggungnya."

Ia menambahkan, "Sharmahd, atas kehendaknya sendiri meledakan sebuah masjid di Shiraz, yang menyebabkan 14 orang gugur termasuk lima perempuan dan anak-anak, serta menyebabkan lebih dari 200 orang lainnya terluka."

Aragchi melanjutkan, "Pengakuan Sharmahd, terkait dengan masa sebelum penangkapan dirinya, bukan setelahnya. Masa ketika ia berada di Amerika, saat diwawancarai jaringan televisi, ia dengan bangga menjelaskan aksi tersebut, dan berkata, kami telah terjun ke dalam perang melawan Republik Islam Iran, dan kami akan membunuh mereka. Maka dari itu, kejahatan Sharmahd, sebagai seorang teroris, dan pembunuh 14 orang, sepenuhnya jelas."

Menlu Iran menerangkan, "Saya senang jika para pejabat dan masyarakat Jerman menerima kenyataan ini. Jika mereka berpikir Tuan Sharmahd, adalah warga Jerman, mereka harus menerima bahwa ia adalah teroris asal Jerman. Saya tidak paham dengan semua kegaduhan dan propaganda politik anti-Iran ini."

"Tuduhan bahwa Sharmahd disiksa di penjara hanyalah sebuah klaim. Apa yang terjadi saat penangkapan dan mungkin kekerasan oleh polisi, bukanlah penyiksaan. Saya menyaksikan sebuah kejadian di Jerman, ketika polisi negara ini menembak mati seseorang yang sekadar menggores mobil polisi," imbuhnya.

Menlu Iran menambahkan, "Kazem Daraei, 15 tahun mendekam di penjara Jerman, dan dalam dua bulan pertama penahanan, berat badannya turun 17 kilogram. Saya pun mengklaim ia disiksa di penjara, oleh karena itu, sesuatu tidak akan terbukti hanya dengan klaim."

Araghchi menegaskan, "Sharmahd, punya pengacara di pengadilan, dan ada buktinya. Seandainya kejadian ini bisa dicegah. Akan tapi hal ini mengharuskan pemerintah Jerman untuk tidak mendukung seorang teroris."

Pemerintah Berkuasa Jerman Menginjak-injak Standar HAM

Araghchi mengatakan, "Saya mempertanyakan sikap negara-negara Eropa, dan Amerika Serikat, yang sepenuhnya arogan. Jika seorang warga Jerman ditangkap, Anda berkata ia pasti disandera, dan sama sekali tidak memperhatikan kejahatannya. Tapi jika Anda menangkap seseorang, pasti Anda meyakini bahwa keadilan sudah ditegakkan. Eropa menganggap dirinya sebagai perwujudan keadilan, dan menganggap pengadilan-pengadilan selain dirinya tidak adil. Ini adalah pengkhianatan terhadap akal manusia. Perilaku arogan Eropa, sekarang telah menyeret situasi hingga ke sini."

Ia menandaskan, "Anda yang telah sedemikian rupa membuat gaduh untuk Jamshid Sharmahd, tapi tidak berkata apa-apa tentang 50.000 orang yang menjadi korban di Gaza."

Jerman Tidak Mengecam Pembunuhan 50.000 Orang di Gaza

Menlu Iran melanjutkan, "50.000 orang di Gaza dibunuh oleh Rezim Israel, dan kami bahkan tidak pernah melihat sebuah pengumuman kecaman dikeluarkan oleh pemerintah Jerman, sebuah resolusi diusulkan di Dewan Hak Asasi Manusia, sanksi dijatuhkan terhadap Rezim Israel, atau kantor perwakilan Israel, di Jerman ditutup. Semua ini adalah standar ganda."

Jerman Menjalin Hubungan Khusus dengan Israel

Araghchi menerangkan, "Masalahnya tepat di sini bahwa Jerman menjalin hubungan khusus dengan Israel, dan pembunuhan rakyat tidak penting bagi Anda."

Ia menambahkan, "7 Oktober adalah keputusan Hamas, dan mereka tidak berkonsultasi dengan kami, tapi apakah keputusan ini benar atau salah, sejarah yang akan menilai. Tapi yang jelas adalah semua yang telah terjadi adalah buah dari pendudukan tanah sebuah bangsa selama 70 tahun, dan pengungsian paksa rakyat, dan pembantaian penduduk Palestina. Buah dari memenjarakan dua juta orang dalam sebuah penjara besar bernama Gaza. Buah dari melarang mereka memiliki hak menentukan nasib sendiri. Semua faktor ini harus diperhatikan, 7 Oktober tidak terjadi tanpa sebab. Rakyat Palestina, tidak boleh dihukum karena apa yang sudah dilakukan orang-orang Jerman terhadap Yahudi."

"Orang-orang Palestina, telah menguji semua cara untuk menegakkan hak mereka, dan bahkan berunding, tapi apa yang dihasilkan dari perundingan?," tanya Menlu Iran.

Barat dan Eropa Tak Memahami dengan Benar Revolusi Islam di Iran

Araghchi menambahkan, "Revolusi di Iran, melawan sebuah rezim diktator, despotik, dan boneka AS, slogan revolusi kami, kemerdekaan, kebebasan. Kami setelah revolusi mendukung semua pihak yang memiliki cita-cita yang sama. Berbeda dengan Anda, saya tidak menyebut Hamas dan Hizbullah sebagai proksi, karena mereka adalah gerakan-gerakan independen yang berjuang untuk tujuan yang adil, saya menyebut mereka sebagai gerakan pembebasan. Hamas dan orang-orang Palestina, berperang untuk kemerdekaan tanah airnya, Hizbullah berperang untuk pembebasan Lebanon Selatan."

Semua yang Bertentangan dengan Kebijakan Barat, Teroris

Menlu Iran menuturkan, "Siapa pun yang menentang kebijakan-kebijakan Barat adalah teroris, dan setiap orang yang sejalan dengan kebijakan-kebijakan Barat adalah kawan yang baik. Ini adalah standar ganda, dan kebijakan keliru Anda, bukan kami."

Ia menjelaskan, "Eropa bukan perwujudan peradaban dan hak asasi manusia. Hormati pihak lain. Jangan posisikan diri Anda pada kebenaran, dan merendahkan orang lain."

Kami Tak Pernah Dukung Serangan Rusia ke Ukraina

Menlu Iran mengatakan, "Kami tidak pernah mendukung serangan Rusia, ke Ukraina, kami tidak pernah mengakui penggabungan pulau dan Provinsi Donetsk. Sejak awal sampai sekarang kami mendukung integritas teritorial Ukraina."

Ia menambahkan, "Jangan lupa, kami hidup di bawah tekanan maksimum AS, dan jangan lupa sanksi terbesar AS atas Iran, sudah dijatuhkan, dan negara-negara Eropa, juga mengikutinya. Anda tidak berada pada posisi yang bisa mengatakan kepada kami apa dan kepada siapa barang dijual atau tidak dijual."

Iran Tidak Menjual Rudal ke Rusia

Menlu Iran menuturkan, "Tapi saya katakan kepada Anda, Iran, tidak menjual rudal kepada Rusia, dan bahkan Tuan Zelenskyy beberapa hari lalu membenarkan pernyataan ini. Jika Eropa memutuskan untuk mengubah Ukraina menjadi zona konflik, itu keputusan Eropa, bukan kami."

"Anda menyinggung kerja sama Iran dan Rusia, tapi lupa bahwa industri nuklir kami dimulai dengan bantuan Jerman, dan Jerman lah yang meninggalkan Iran, setelah revolusi, dan kami terpaksa mendekat ke Rusia untuk merampungkan proyek ini. Semua ini adalah kesalahan pemerintah Jerman, di berbagai rentang waktu, maka sekarang berhati-hatilah, dan jangan mengulang kesalahan," tegasnya.

Terbuka Potensi Masuknya Seluruh Kawasan ke Dalam Perang Luas

Menlu Iran menjelaskan, "Setahun lalu ketika Israel, melanjutkan kejahatannya di Gaza, ia berulangkali mencoba menyeret Iran, ke dalam perang, tapi kami yang dengan kecerdasan dan kebijaksanaan mencegah terjadinya perang luas. Tapi saya setuju dengan Anda bahwa dalam beberapa kasus, situasi lepas dari kendali, dan jika Israel, melanjutkan permainan ini, maka pasti mereka akan menerima pembalasan yang sesuai." (HS)