oleh: Ismail Amin
Tahun baru adalah momentum yang penuh makna bagi setiap individu. Dalam tradisi Islam, refleksi atas perjalanan waktu bukan sekadar perayaan, melainkan sebuah kesempatan untuk mengevaluasi diri, mensyukuri nikmat, dan merancang masa depan yang lebih baik. Imam Ali bin Abi Thalib a.s., menantu Rasulullah dan salah satu tokoh sentral dalam Islam, memberikan banyak pelajaran berharga tentang bagaimana seharusnya seorang Muslim memaknai waktu dan perubahan tahun.
Memahami Hakikat Waktu
Imam Ali a.s. pernah berkata, "Sesungguhnya hari-hari ini adalah bagian dari umurmu. Maka, manfaatkanlah hari-hari tersebut untuk amal kebaikan." (Nahjul Balaghah, Hikmah 114).
Hikmah ini mengajarkan kepada kita bahwa waktu adalah bagian tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Pergantian tahun bukan sekadar hitungan kalender, melainkan momen untuk menyadari bahwa waktu adalah nikmat yang harus dimanfaatkan. Setiap detik yang berlalu mendekatkan kita pada tujuan akhir, yakni pertemuan dengan Allah Swt.
Dengan demikian, memaknai tahun baru berarti menyadari betapa berharganya waktu. Kita perlu mengevaluasi apakah waktu yang telah berlalu telah diisi dengan kebaikan dan amal saleh atau justru terbuang sia-sia.
Mensyukuri Nikmat Allah
Imam Ali juga berkata:, "Barang siapa bersyukur atas nikmat, ia telah menyiapkan nikmat yang lebih besar untuknya." (Ghurar al-Hikam).
Tahun baru adalah saat yang tepat untuk bersyukur atas segala nikmat Allah yang telah kita terima. Mensyukuri nikmat bukan hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan perbuatan. Salah satu bentuk syukur adalah dengan menggunakan nikmat tersebut untuk kebaikan. Misalnya, nikmat kesehatan dapat digunakan untuk beribadah, membantu orang lain, atau bekerja dengan lebih giat.
Imam Ali a.s. mengingatkan kita bahwa rasa syukur akan mendatangkan keberkahan yang lebih besar. Dengan bersyukur, hati menjadi lebih lapang, dan kita akan lebih siap menghadapi tantangan di tahun mendatang.
Membuat Perencanaan yang Bijak
Dalam salah satu nasihatnya, Imam Ali a.s. berkata, "Orang yang berakal adalah yang memperbaiki hari ini untuk hari esok, dan memanfaatkan kehidupan dunianya untuk akhiratnya." (Nahjul Balaghah, Hikmah 150).
Tahun baru bukan hanya saat untuk mengucapkan resolusi tanpa tindakan. Imam Ali a.s. menekankan pentingnya perencanaan yang matang dan tindakan yang nyata. Setiap Muslim diajarkan untuk membuat rencana yang tidak hanya berorientasi pada dunia, tetapi juga pada akhirat.
Langkah pertama dalam membuat perencanaan adalah mengevaluasi apa yang telah dilakukan di tahun sebelumnya. Apa saja yang telah dicapai? Apa yang belum? Dengan evaluasi yang jujur, kita dapat menyusun langkah yang lebih baik di masa depan.
Meningkatkan Kualitas Ibadah
Imam Ali a.s. juga mengingatkan, "Janganlah engkau menjadi seperti orang yang berharap kehidupan akhirat tanpa beramal untuknya." (Ghurar al-Hikam).
Salah satu cara terbaik untuk memulai tahun baru adalah dengan meningkatkan kualitas ibadah kita. Tidak hanya ibadah ritual seperti salat dan puasa, tetapi juga ibadah sosial seperti membantu sesama, berbuat baik kepada tetangga, dan menjaga lingkungan. Banyak dari kita fokus membangun kesalehan pribadi, tapi lupa dan lalai dalam membangun kesalehan sosial, padahal itu juga tuntutan yang terintegrasi dari agama yang kita cintai ini.
Imam Ali a.s. menekankan bahwa ibadah yang dilakukan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan akan memberikan dampak yang besar, baik untuk diri sendiri maupun untuk orang lain.
Memaknai Hari Raya Tanpa Maksiat
Imam Ali memberikan nasihat yang sangat relevan dalam memaknai momentum seperti pergantian tahun, "Hari raya adalah hari di mana tidak ada maksiat kepada Allah." (Nahjul Balaghah, Hikmah 428).
Pesan ini mengajarkan bahwa momen perayaan seperti tahun baru seharusnya diisi dengan ketaatan kepada Allah, bukan dengan maksiat atau hal-hal yang melalaikan. Tahun baru adalah waktu untuk mendekatkan diri kepada Allah, memperbaiki diri, dan menghindari perbuatan yang dapat merugikan diri sendiri atau orang lain.
Memaknai tahun baru dengan cara ini berarti menjadikan setiap hari sebagai hari raya, yaitu hari-hari di mana kita berusaha sebaik mungkin untuk tetap berada di jalan Allah. Karenanya kita mesti hati-hati dan waspada, jangan sampai pergantian tahun baru yang kita efouria menyambutnya, malah kita isi dengan kemaksiatan kepada Allah Swt.
Berinvestasi untuk Kehidupan Akhirat
Imam Ali a.s. berkata, ”Beruntunglah orang yang mengingat kematian, mempersiapkan dirinya untuk menghadapinya, dan memanfaatkan hidupnya untuk amal kebaikan." (Nahjul Balaghah, Khutbah 82).
Tahun baru adalah pengingat bahwa usia kita semakin berkurang. Oleh karena itu, setiap langkah yang kita ambil harus memiliki nilai untuk kehidupan akhirat. Imam Ali mengingatkan pentingnya menjadikan dunia sebagai ladang amal, bukan tujuan akhir.
Masih banyak pesan dan nasehat Imam Ali a.s. lainnya yang bisa kita kaitkan dengan datangnya tahun baru, namun cukup ini yang kita sampaikan. Intinya tahun baru adalah kesempatan emas untuk merenungi perjalanan hidup, mensyukuri nikmat yang telah Allah berikan, dan memperbaiki diri untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dengan menjadikan nasihat-nasihat Imam Ali sebagai panduan, kita dapat memulai tahun yang baru dengan langkah yang lebih bermakna.
Pergantian tahun bukanlah sekadar momen untuk perayaan, melainkan saat untuk refleksi, syukur, dan perencanaan. Mari manfaatkan waktu yang ada dengan sebaik-baiknya, sehingga setiap detik yang berlalu menjadi investasi untuk kebahagiaan dunia dan akhirat.
Semoga Allah SWT memberikan keberkahan dan kemudahan dalam menjalani tahun baru ini, sebagaimana pesan dari Imam Ali a.s, "Orang yang paling bahagia adalah yang hari ini lebih baik dari kemarin, dan hari esoknya lebih baik dari hari ini.”
Selamat Tahun Baru 2025 untuk sahabat-sahabat semuanya.