Konflik Gaza menjadi tolak ukur untuk menilai seluruh aspek identitas peradaban Barat, baik pemerintah, agama dan lembaga internasional. Sementara itu, agama Kristen yang telah terbaratkan, yaitu gereja, telah menunjukkan wajah sebenarnya.

29 Desember 2024 - 19:35
Al-Masih di Kampung Halamannya Palestina, Pengklaim Kekristenan di Vatikan

“Jika Isa Al-Masih as ada di antara kita saat ini, dia tidak akan ragu-ragu bahkan untuk sesaat pun untuk melawan para pemimpin penindasan dan arogansi global, dan dia tidak akan menolerir kelaparan dan pengungsian miliaran orang yang terpaksa berperang oleh kekuatan yang mendominasi.”

Ini adalah pesan yang disampaikan Ayatullah Khamenei pada kesempatan kelahiran Isa Al-Masih as. Banyak yang percaya bahwa agama Kristen saat ini jauh dari Al-Masih as beserta pemikiran dan cita-citanya.

Menurut laporan jaringan media Sahab, dalam konteks yang sama, surat kabar Iran Resalat menulis dalam artikel berjudul “Al-Masih Anak Palestina” tentang Kekristenan sejati dan kritik terhadap perilaku Vatikan dalam peristiwa dunia, khususnya isu Palestina, Tidak diketahui alasannya mengatapa Vatikan dianggap sebagai ibu kota agama Kristen, dan pada saat yang sama, sebagian besar umat Kristen belum pernah mendengar nama Betlehem seumur hidup mereka.

Gereja Vatikan sudah biasa dikenal sebagai markas utama agama Kristen, sementara gereja tempat kelahiran anak Maria, berada sendirian di bawah pengepungan dan perang.

Menurut surat kabar Resalat, Pada dasarnya, Vatikan, seperti lembaga internasional lainnya, gagal dalam uji coba di Gaza. Vatikan, sebagai lembaga keagamaan paling penting di dunia, dapat mempunyai pengaruh unik dalam mengarahkan dunia Kristen melawan kejahatan rezim pendudukan.

Lemahnya fungsi PBB sebagai badan politik komunitas internasional untuk mengatur dunia hanya dapat diatasi dengan intervensi Vatikan. Di sisi lain, agama Kristen, khususnya Kristen Katolik, telah ditetapkan selama berabad-abad sebagai agama belas kasih, cinta perdamaian, dan kasih sayang.

Bagaimana mungkin penyeru perdamaian yang paling penting di dunia ini tidak diperhitungkan dalam salah satu kejahatan terbesar dalam sejarah?

Ini adalah kesempatan terbaik bagi gereja untuk mempertahankan identitas keagamaannya. Sebuah identitas yang kehilangan daya tariknya pada masa renaisans dan modernisasi, dan kini saatnya kembali unjuk gigi dan mengingatkan masyarakat Barat bahwa tidak ada pelukan keamanan bagi umat manusia kecuali agama ilahi.

Namun hal itu tidak terjadi dan gereja sekali lagi membuktikan kemandulannya. Namun, keterisolasian Paus dan Kekristenan Katolik menyebabkan komunitas penganut Kristen semakin memisahkan gereja dari agama Isa Al-Masih as.

Konflik Gaza menjadi tolak ukur seluruh aspek identitas peradaban Barat, termasuk pemerintah, agama dan lembaga internasional. Sementara itu, agama Kristen yang telah terbaratkan, yaitu gereja, telah menunjukkan wajah sebenarnya.

Al-Masih lahir di Palestina. Sebuah negeri yang sedang dihancurkan dengan cara yang keras dan lembut. Dengan cara yang lembut, dengan pemukiman dan pemindahan orang-orang Zionis Eropa, dan dengan cara yang keras, seperti yang telah kita lihat di Gaza selama lebih dari setahun. Apa yang tersisa dari Palestina sedang dihancurkan dan tidak hanya diduduki.

Pembantaian brutal ribuan orang dan kehancuran ekosistem, di siang hari bolong dan di depan mata orang-orang di dunia, adalah suatu kenyataan yang sangat mengerikan sehingga layak bagi mereka yang hidup seperti Al-Masih untuk mati di jalannya. Al-Masih sedang menantikan Hari Kebangkitan. Namun Gaza saat ini berada dalam salib penderitaan, seperti kisah Al-Masih. Umat ​​​​Kristen yang mempunyai hati di dada hendaknya menyebut anak Maria sebagai ayah yang ada di langit.(sl)

* Penerbitan ulang konten media lain di Sahab tidak berarti membenarkan isinya dan hanya berbagi informasi kepada pembaca Sahab.

342/